Bangkit Dari Keterpurukan

Share This Article

Suatu kali ketika saya naik sebuah taksi, dalam perjalanan saya berbincang dengan pengemudi taksi itu . Ia mengatakan memiliki 3 orang anak, namun salah seorang puteranya meninggal dunia karena kecelakaan beberapa tahun lalu. Saya menyadari, setegar apa pun seorang ayah yang telah mengalami pahit dan getirnya hidup, saat harus kehilangan orang yang ia cintai, dapat menjadi rapuh. Demikian halnya dengan bapak ini. Ia bilang, ketika tahu puteranya pergi untuk selamanya, saat itu dunianya seakan runtuh. Selama 6 bulan, ia tidak bekerja. Pikirannya kacau, kalut berbulan-bulan lamanya.

Putus asa dan seperti tak memiliki pengharapan untuk hidup. Namun, di batas akhir kekuatannya, ia kembali mengingat Tuhan. Ia menyadari betapa pun sulitnya kehidupan yang ia jalani, Tuhan selalu memberi hal yang baik. Ia pun tak mau berlarut dalam duka, tenggelam dalam kekecewaan dan kesedihan yang sangat dalam. Ia mengambil keputusan untuk bangkit dari ketepurukannya, karena Ia juga ingat ada istri dan kedua anaknya yang lain yang harus hidup, selain dirinya.

Sahabat. Setiap kita memiliki masalah dalam hidup ini, dan tingkat kesulitan yang kita hadapi juga berbeda-beda. Kadang, kita dapat menyelesaikannya dalam waktu yang tak lama. Namun ada saatnya, kita terpuruk dan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa kembali bangkit. Belajar dari cerita pengemudi taksi di atas. Pencipta kita adalah segalanya. MengingatNya setiap waktu. Menyadari Ia adalah Pribadi yang luar biasa dan Ia masih serta selalu ada bagi kita. Tuhan terlalu mampu melakukan banyak hal yang luar biasa bagi kita. Ia selalu mengerti apa pun yang jadi kesulitan dalam hidup yang kita jalani. Bahkan saat kita lemah, rapuh dan ‘hancur’ sekali pun, Tuhan masih ada di tempatNya dan tak pernah membiarkan apalagi meninggalkan kita. Sedih, kecewa, hancur dan menjadi lemah adalah manusiawi. Tetapi jika pada akhirnya itu membuat kita tenggelam terlalu dalam dan membiarkan kita perlahan menjadi pribadi yang tak memiliki asa di dalam Tuhan bukanlah jawaban. Kesedihan dan rasa kasihan pada diri sendiri yang berlebihan malah tak akan membuat kita bangkit dan mengembalikkan atau mengubah apa pun dalam kehidupan kita.

Apa pun permasalahan kita, yang membuat kita berada di titik terendah sekali pun, adalah pilihan, keputusan dan tindakan kita, apakah kita akan tetap larut dalam kesedihan dan penyesalan yang mendalam, atau kita memilih untuk bangkit bersamaNya. Ia adalah kekuatan dan perisai kita. Ia adalah perlindungan dan menara kekuatan kita, datang padaNya, berserah, bangkitkan iman, pengharapan dan tetap percaya padaNya. Jangan biarkan asa kita terkikis dan iman kita menjadi tipis dengan segala permasalahan hidup tak dapat kita tepis. Kekecewaan dan kesedihan kita akan banyak hal dalam hidup ini takkan menolong kita dapat keluar dari ‘kehancuran’ kita.

Yang dibutuhkan adalah bagaimana kita membangun harapan dan percaya kita padaNya, menyadari Ia adalah segalanya, yang bisa membuat, mengubah dan melakukan hal-hal yang besar dan benar dalam hidup ini. Tuhan masih ada, dan selalu ada bagi kita. (JL)

Share This Article

This post is also available in: English

Facebook Comments

Default Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seven − four =