Konsumerisme

Share This Article

Dunia di mana kita tinggal ini menganut paham konsumerisme. Setiap toko, pasar swalayan, dan pusat perbelanjaan merancang tawaran-tawaran menggiurkan yang akan mendongkrak penjualan mereka dan menarik kita untuk berbelanja (meskipun kita tidak membutuhkannya). Hal ini mempersulit kita mengendalikan pengeluaran. Kita membeli sesuatu karena murah, karena dealnya bagus, bukan karena kita membutuhkannya. Kemungkinannya kita akan menaruh barang itu dalam laci kita selama berbulan-bulan. Setelah beberapa saat lamanya, kita bahkan akan lupa bahwa kita memiliki barang itu.

Konsumerisme telah mempengaruhi peradaban manusia sedemikian rupa sehingga hal ini menyebabkan kita terjerumus dalam hutang yang tidak bisa kita bayar. Kita mengumpulkan hutang-hutang itu dari kartu kredit, cicilan rumah, cicilan mobil dan pinjaman-pinjaman lainnya. Kita memaksa diri kita sendiri untuk membeli sesuatu yang sebenarnya di luar jangkauan kita, hanya karena ingin tampil wah. Kita ingin membuat orang lain kagum, tanpa mengukur kekuatan finansial kita. Waspadalah terhadap nafsu mata, pikiran-pikiran yang berkata, “Itu akan membuatku tampil ok. Aku harap bisa punya itu. Aku harus mendapatkan itu, dan aku harus mendapatkan itu SEKARANG!”

Contoh yang klasik adalah pada saat kita membeli TV yang lebih besar, mobil yang lebih besar, rumah yang lebih besar. Jika kita memperhatikan kaum wanita pada umumnya, tidak peduli berapa ratus sepatu yang sudah mereka dimiliki di dalam lemari, mereka masih akan mengincar sepatu-sepatu yang lain. Jika kita memperhatikan kaum pria pada umumnya, tidak peduli betapa canggih alat-alat elektronik yang sudah mereka punya, mereka masih akan naksir versi-versi yang terbaru dan terkini. Lebih banyak pakaian, lebih banyak perhiasan, lebih banyak aksesoris, lebih banyak fine-dining, lebih banyak hiburan, lebih banyak kemewahan… Inilah manusia, yang tidak pernah merasa puas.

Apa yang harus kita lakukan sebagai orang percaya? Kita tidak bisa hanya mengikuti dunia begitu saja. Kita seharusnya lebih pintar dari system dunia ini, karena hikmat Tuhan ada pada kita. Bagaimana caranya supaya kita tidak terjebak dalam konsumerisme?

  1. Disiplinkan diri Anda. Belilah apa yang Anda BUTUHKAN, bukan apa yang Anda INGINKAN. Yang Anda butuhkan adalah suatu KEBUTUHAN, yang Anda inginkan adalah suatu KEMEWAHAN. Meskipun Anda kaya dan Anda bisa membelinya, berpikirlah ulang; apakah perlu bagi Anda untuk memilikinya; apakah ada nilai kekal yang Anda dapatkan jika Anda memilikinya?
  2. Menabunglah. Orang-orang bodoh menghabiskan semua yang mereka punya tanpa menyimpannya untuk hari esok. Ketika Anda menabung, tidak berarti Anda kuatir tentang hari esok. Ada perbedaan antara menabung untuk hari esok dan kuatir tentang hari esok. Amsal 21:20 berkata, “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.”
  3. Berencanalah untuk meninggalkan warisan. Seperti ada tertulis di Amsal 13:22a, “Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya…” Tidak dikatakan bahwa orang baik harus meninggalkan hutang agar dibayarkan oleh keturunannya.
  4. Belajarlah dari semut agar menjadi bijaksana. Mengapa semut? Karena mereka mengumpulkan makanan pada musim panen, dan mempersiapkan diri mereka untuk musim kering. Semut-semut itu tidak menghabiskan semua yang mereka punyai hari ini. Mereka menyimpannya dalam sarang. Pada musim kering, ketika tidak ada makanan di luar, mereka berkecukupan karena mereka mempunyai simpanan di dalam sarang.
  5. Belajarlah dari Yusuf, yang menyisihkan 20% dari hasil panen setiap tahunnya selama 7 tahun masa kelimpahan. Lalu selama 7 tahun masa kelaparan, Tuhan bisa memakainya untuk memberkati banyak bangsa. Jika dia tidak mempunyai tabungan, Tuhan tidak akan bisa memakainya untuk memberkati orang lain.

Pilihan ada di tangan Anda, apakah Anda mau mengikuti cara dunia atau jalan Tuhan. Saya sungguh berharap Anda akan mengambil keputusan yang tepat. Jadilah pengelola yang baik atas berkat keuangan yang sudah Tuhan percayakan kepadamu. Jangan hanya berharap untuk mendapatkan lebih banyak. Jika Anda setia dalam hal kecil yang Anda punya sekarang, Tuhan akan mempercayakan lebih banyak lagi kepada Anda. Masalahnya tidak terletak pada pemasukan Anda, tetapi pada cara Anda membelanjakannya. Amin! (DC)

Share This Article

This post is also available in: English

Facebook Comments

Default Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × 2 =