Ayat bacaan: Kejadian 42: 1-38
Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
Lukas 6:32-35
Tentulah tidak mudah membalas kejahatan seseorang dengan kebaikan. Dunia mengajarkan kepada kita agar berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita, dan membalas kejahatan orang yang jahat kepada kita. Tetapi Tuhan mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada orang yang jahat kepada kita.
Dalam ayat bacaan, kita membaca bagaimana Yusuf pada saat berjumpa lagi dengan kakak-kakaknya yang pernah menjualnya sebagai budak, tidak mendendam kepada mereka. Yusuf teringat akan mimpi-mimpinya. Mimpinya itu benar-benar menjadi kenyataan. Kakak-kakaknya datang dan sujud di hadapannya, meskipun mereka tidak mengenalinya. Yusuf bisa saja membalas kejahatan kakak-kakaknya dengan menjebloskan mereka ke penjara. Tetapi hal itu tidak dilakukannya. Bahkan ia berencana untuk menyelamatkan mereka, serta semua yang tinggal di rumah ayahnya.
Kakak-kakaknya datang untuk membeli gandum darinya, karena hanya Mesir saja yang mempunyai persediaan makanan pada waktu itu, seluruh dunia dilanda kelaparan. Dia memberikan gandum seperti yang diinginkan kakak-kakaknya, bahkan mengembalikan uang mereka ke dalam karung mereka masing-masing. Tidak cukup sampai di situ, Yusuf pun memerintahkan orang bawahannya agar memberikan bekal untuk kakak-kakaknya selama di perjalanan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita bisa mengampuni kesalahan orang lain kepada kita? Lebih dari itu, apakah kita bisa mengasihi orang yang jahat kepada kita? Mungkin kita berpikir, orang jahat itu tidak layak dikasihi. Justru pada saat kita bisa mengasihi orang yang tidak layak dikasihi, kita sudah mencerminkan kasih Yesus yang sejati melalui hidup kita. Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah wujud dari kasihNya kepada kita, meskipun kita tidak layak menerimanya. Sekarang, pada saat kita sudah menerima kasihNya yang tanpa syarat itu, marilah kita juga menyalurkan kasihNya itu kepada orang lain, dengan cara mengampuni dan mengasihi orang-orang yang bersalah kepada kita.
Kejahatan hanya bisa dikalahkan oleh kasih. (DC)
This post is also available in: English
Facebook Comments
Default Comments