Mengelola Kemarahan

mengelola kemarahan
Share This Article

Kita harus akui, ketika kita marah dengan seseorang, lebih mudah bagi kita untuk mengingat semua hal buruk yang orang itu pernah lakukan kepada kita. Contohnya, ada seorang teman yang kita percayai mengkhianati kita. Kita tidak mengerti mengapa dia tega melakukan hal yang begitu jahat kepada kita. Kita akan mencari lebih banyak bukti untuk membenarkan kemarahan kita terhadap orang tersebut. Dan tentu saja, semakin banyak kita melakukannya, semakin marahlah kita.

Mengelola kemarahan itu sangat penting, bukan hanya dalam segi bisnis atau persahabatan, tapi juga dalam hubungan keluarga. Marah dengan pasangan hidup kita, orang tua, ipar-ipar, anak-anak, membuat kita merasa tersakiti. Mengapa anggota keluarga kita sendiri tidak bisa mengerti kita? Saya sudah melakukan banyak hal buat keluarga ini. Saya berkorban begitu banyak, mengapa mereka tidak menghargainya? Malahan mereka melakukan semua hal buruk ini yang membuatku marah. Bagaimana mungkin mereka memperlakukanku seperti ini? Mereka darah dagingku sendiri.. Apa yang aku perbuat sehingga aku pantas diperlakukan seperti ini? Inilah pemikiran-pemikiran yang biasanya akan timbul dalam benak kita.

Jika kita terus menerus merenungkan hal-hal yang negatif ini, cepat atau lambat kita akan kehilangan suatu hubungan. Mengembangkan pikiran negatif tidak membantu kita mengelola kemarahan secara efektif. Banyak korban berjatuhan pada saat kemarahan tidak dikelola dengan benar. Kita melihat banyak hubungan yang hancur. Saudara sekandung tidak lagi mau bertegur sapa. Orang tua putus hubungan dengan anak-anak mereka sendiri. Yang dulunya sahabat terbaik sekarang menjadi musuh terjahat. Mereka memilih untuk menimbun kemarahan dan membawanya ke dalam kubur. Kesempatan untuk dipulihkan terhilang selama hidup mereka, hanya karena mereka tidak tahu cara mengelola kemarahan mereka.

Yang perlu kita lakukan justru kebalikannya. Ketika kita marah dengan seseorang, kita perlu mengingat semua kebaikannya. Kita perlu mengingat masa-masa indah yang kita lalui bersamanya. Ini bukan suatu hal yang mudah, tapi jika kita berhasil melakukannya, kemarahan kita akan reda. Kita akan menyadari bahwa orang tersebut hanya seorang manusia, yang bisa naik dan turun, yang punya kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan. Ketika kita bisa berpikir dari segi pandang yang benar, kita akan berkesempatan untuk menyelamatkan hubungan tersebut, bahkan mendoakan, memaafkan dan memberkatinya, meskipun dia sangat menyakiti hati kita.

Alkitab berkata dalam Efesus 4:26, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” Kita berhak marah, dan mengekpresikan kemarahan dan kekecewaan kita, tapi kita harus berhati-hati. Jangan dibesar-besarkan, yang akhirnya menyeret kita ke dalam dosa. Kemarahan menjadi dosa ketika kita mulai mengutuk, mengucapkan sumpah serapah, dan main tangan dengan memukul ataupun menampar orang yang kita marahi.

Setelah itu, Alkitab memberitahukan kepada kita untuk mengambil keputusan yang cepat dalam pemberesannya. Jangan membawa kemarahan hari ini masuk ke hari esok. Semakin lama kita menyimpan kemarahan ini dalam hati kita, semakin buruk jadinya. Kemudian, Alkitab menjelaskan lebih lanjut kepada kita di ayat 27, “dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” Artinya, jika kita tidak menghentikan kemarahan kita, iblis akan segera mendapat kesempatan untuk mengobrak-abrik hidup kita. Saudara-saudari, mari kita tidak izinkan hal ini terjadi. Mari kita ambil sikap yang benar, supaya kita dapat hidup dengan penuh damai sejahtera. Jangan biarkan iblis merusak rencana Tuhan yang indah dalam hidup Anda, hanya karena Anda tidak cakap mengelola kemarahan Anda. (DC)

Share This Article

This post is also available in: English

Facebook Comments

Default Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ten − 5 =