Program beasiswa Adikku Sayang saat ini telah menjangkau hampir 500 anak di 42 center di seluruh Indonesia. Dampaknya pun sudah semakin dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya orang tua murid yang merasa bebannya diringankan karena adanya program Adikku Sayang ini. Anak-anak pun menjadi lebih bersemangat lagi bersekolah, menoreh prestasi dan meraih cita-cita.
Yanatalia Harefa (usia 9 tahun, kelas 3 SD) tinggal di Nias, di sebuah rumah sederhana yang cukup jauh dari keramaian. Jarak antara rumahnya ke Anugrah Learning Centre (ALC) Dahana kurang lebih 1,2 km. Untungnya sekolah Yanatalia letaknya di samping ALC Dahana, jadi setiap hari sekalian berangkat ke sekolah, dia mampir ke ALC juga untuk mengambil tambahan nutrisinya. Seminggu tiga kali sepulang sekolah, Yanatalia kembali ke Center untuk mengikuti bimbingan belajar.
Ketika kami pertama berjumpa dengan Yanatalia, sebelum menerima aplikasinya untuk masuk dalam program beasiswa Adikku Sayang, kami mempelajari kisah hidupnya. Bapaknya hanya seorang petani. Ibunya pergi meninggalkan mereka sejak 2 tahun terakhir tanpa berita sampai saat ini. Yanatalia hanya punya seorang saudara laki-laki. Kakaknya ini ketika berumur 13 tahun terpaksa berhenti dari sekolah dan memilih untuk bekerja di Perkebunan Kelapa Sawit di Riau dengan upah seadanya demi membantu meringankan beban ayahnya dalam menyekolahkan adik satu-satunya yang punya cita-cita menjadi seorang guru. Sangat mengharukan!
Sejak menerima beasiswa Adikku Sayang, Yanatalia menunjukkan banyak kemajuan. Keluarganya pun merasa sangat terbantu dengan adanya program ini.
Sementara itu dari Center GKII Padang, Exsia Ulina Debora (umur 15 tahun, kelas 2 SMP) adalah anak ke 2 dari 4 bersaudara. Exsia mengikuti program Adikku Sayang sejak pertama kali program ini dijalankan di kota Padang 4 tahun yang lalu. Ketika lulus SD, dia lulus dengan nilai UN terbaik di sekolahnya. Pendidikannya sempat terhenti selama setahun, karena diminta orang tuanya untuk membantu menjaga adik-adiknya yang masih kecil sementara kedua orang tuanya bekerja. Bapaknya bekerja sebagai tukang bangunan, ibunya berjualan di warung. Sungguh beruntung, Exsia tidak perlu menunggu terlalu lama untuk meneruskan pendidikannya.
Exsia yang mempunyai hobi menyanyi dan main gitar, serta cita-cita menjadi seorang dokter, baru-baru ini menunjukkan prestasi yang membanggakan. Selain menang sebagai Juara 2 dalam lomba menyanyi solo antar siswa di sekolahnya di SMP Negeri 35 Padang, dan dipilih menjadi peserta dalam babak penyisihan lomba Pra Olympiade SAINS IV 2014 tingkat SMP se-kota Padang, Exsia juga juara 1 di kelasnya, dengan nilai rata-rata 9,5.
Segala kemuliaan atas prestasi yang diraih oleh semua anak-anak Adikku Sayang adalah bagi Tuhan yang telah memberikan anugrahNya melalui Anugrah Ministries melakukan perubahan dalam kehidupan anak-anak bangsa Indonesia. Terima kasih juga kepada para sponsor Adikku Sayang. Anda telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan menciptakan mujizat-mujizat kecil dalam kehidupan anak-anak ini.
[wppa type=”slideonlyf” album=”318″]Any comment[/wppa]
This post is also available in: English
Facebook Comments
Default Comments