Selasa, 6 Nov 2018, Team Anugrah Peduli berangkat dari Jakarta menuju ke Palu pada pk 02:45 pagi. 3 orang dokter, 2 perawat dan 2 fasilitator; fungsi saya sebagai Team Leader. Hal ini menandakan dimulainya perjalanan tahap ke 2 dari kepedulian kita atas apa yang sudah pernah terjadi di Palu, Sigi dan Donggala. Setelah tidak lagi ada bantuan Hercules, maka kami tidak bisa membawa banyak barang dari Jakarta. Total bagasi kami sekitar 215 kg berupa obat-obatan dan peralatan penunjang. Harga cargo sekitar Rp. 37.500/kg.
Thanks to Bapak Marsma TNI Lukas Parmadi, yang pada pengiriman tahap 1 lalu, memberikan fasilitas Hercules, sehingga kita bisa mengirimkan 5 ton barang-barang bantuan, sehingga begitu banyak biaya operasional yang dapat diirit.
Setelah selesai berbelanja barang-barang yang kita perlukan, maka Team kami menuju ke tempat pengungsian Balaroa.
Balaroa
Ada sekitar 400 KK di sana, dan saat ini mereka telah menjadi pengungsi tetap. Melihat pusat pengungsian ini, sudah seperti sebuah desa kecil di padang gurun. Lengkap dengan tenda-tenda, WC umum, sekolah darurat, tempat permainan anak (simple playground).
Pada hari pertama operasional ini, kami sudah menyalurkan bantuan untuk 130 KK lebih, dan ada sekitar 225 pasien yang menerima bantuan medis.
Pada gambar-gambar yang saya kirimkan, coba perhatikan bagaimana para pengungsi ini hidup dan tinggal.
Tiba di pusat pengungsian Balaroa membuat hati saya tersentak, karena fakta2 ini:
1. Mereka ini adalah orang-orang yang kehilangan rumah secara permanen, dan sekarang harus menjadi pengungsi tetap. Dikabarkan mereka akan tinggal dalam pengungsian sampai sekitar 1-3 tahun yaitu sampai pemerintah siap merelokasi mereka.
2. Tidak semua mereka dulunya dari kalangan orang miskin. Saya berjumpa dgn Bp. Nawawi yang adalah PNS department dalam negri, dan value rumahnya sebelum gempa sekitar Rp. 700-800jt. Rumah seharga ini di Palu adalah rumah yang sangat memadai bagi masyarakat kebanyakan. Skrg hidup dalam pengungsian. “Masih untung keluarga saya tidak kehilangan jiwa,” katanya. Beliau kehilangan sekitar 40 teman-teman dekat di perumahan Balaroa yang semuanya meninggal karena bencana.
3. Beberapa orang kehilangan tidak hanya 1 orang anggota keluarga yang meninggal. Ada yang kehilangan beberapa sekaligus. Saya bertemu dengan Bapak Rickman yang kehilangan 9 anggota keluarganya sekaligus: istri, 2 anak, 2 menantu, 4 cucu. Beliau adalah salah satu Tokoh masyarakat, dan sekarang tinggal di pengungsian di masa sepuhnya.
4. Perlu adanya kesinambungan dari Yayasan-Yayasan Sosial dan Lembaga-Lembaga Kemanusiaan untuk berkala tetap datang. Kemarin kami memberikan Free Medik dan bahan makanan. Tetapi saya juga mengambil waktu untuk berinteraksi dengan mereka. Hal ini dipercaya akan membantu memberikan penghiburan pada kejiwaan mereka, menunjukkan bahwa mereka masih berharga dan ada orang yang tanggap dan peduli pada mereka. Apa yang kita lakukan adalah membantu mereka untuk bisa bangkit kembali dan segera move on dengan kehidupan mereka kembali.
Sore ini, 7 Nov 2018, kami akan menuju ke pusat pengungsian di Perumahan Petobo. Terima Kasih atas setiap dukungan dan kepercayaan yang diberikan pada kami. Tuhan memberkati!!
In HIS Service,
Ps. Daniel Hendrata & seluruh Team Anugrah Ministries yang bertugas
This post is also available in: English