Pandemik telah merubah program beasiswa Adikku Sayang. Dari 617 anak, di tahun ajaran baru 2020-2021 kami terpaksa menurunkan jumlah murid menjadi 161 anak. Meskipun demikian kami tetap berkomitmen untuk mempertahankan program Mahasiswa Adikku Sayang yang saat ini mengkuliahkan 11 murid.
Sedangkan dua di antara 15 center yang kami pertahankan yaitu di Uetuwu dan Baturube. Pak Slamet Sihombing selaku kepala sekolah di sana harus mengambil langkah taktis, demi bertahan di tengah kondisi saat ini. Mereka memulai untuk berswasembada pangan dengan cara bertani menanam padi. Bukan hanya guru-guru namun rupanya semua anak juga ikut membantu di sawah pada pagi hari. Kemudian mereka melanjutkan sekolah online di bale-bale siang harinya.
Lelah? Itu pasti namun tantangan dan kesulitan lainnya juga dialami oleh setiap anak Indonesia yang berada di penjuru negeri.
Bahkan kami menemukan salah satu kisahnya di center Bekasi. Apa kesulitan terbesar mereka untuk belajar selama pandemik ini?
Kami memikirkan solusi yang terbaik untuk mereka dengan memberikan laptop. Bagaimana dengan murid-murid Mahasiswa Adikku Sayang?
Maukah Anda bergabung bersama kami dalam gerakan 1000 Laptop Bagi Anak Negeri?
2021 – RESTORING HOPE